Naik Dango pesta syukur masyarakat Dayak Kanayatn

Voice of borneo | 02.45 | 0 komentar

Rasa syukur atas berkat dan rejeki yang telah didapat dari Yang Maha Kuasa oleh petani dalam bulir bulir padi yang dipanen dari bumi ini dicerminkan dalam acara budaya Naik Dango. acara ini merupakan puncak dari siklus pertanian masyarakat adat Dayak Kanyatn di kabupaten Landak Kalimantan Barat. Setelah musim panen  dan bulir bulir padi akan disimpan dalam lumbung lumbung sebagai cadangan pangan ditahun berikutnya maka diadakan pesta adat yang mereka namakan Naik Dango.
Ritual ini penuh dengan prosesi adat yang memuliakan Jubata (Tuhan) dan dimaknai dengan berbagi rejeki dengan keluarga , kerabat dan orang orang yang berkenan datang. Diawali dengan melantunkan doa (Nyangahatn-Dayak kanayatn) atas panen yang berlimpah dan pemeliharaan sang Jubata (Tuhan) kepada mereka, persembahan berupa beras, telur, minyak tengkawang, tumpi (cucur) dan beras pulut serta ayam menjadi simbol rejeki yang telah mereka terima selama ini. Tutur dan doa yang keluar dari sang imam (panyangahatn) merupakan dialektika sastra yang menggambarkan siklus sejarah dan pesan pesan moral. Semuanya mendapatkan porsi masing masing, segala tanah, air, serangga, gulma dan berbagai jenis hama penyakit digambarkan sebagai satu kesatuan dan hidup dalam keseimbangan. Manusia selalu diberikan kelebihan rejeki dan memiliki kuasa untuk
Pesta Naik Dango dilakukan selama satu hari dan mengundang semua kerabat dan siapa saja untuk mencicipi makanan dan kue kue tradisional seperti lemang (stick rice), cucur dan berbagai kue tradisional lainnya.
Upacara ini dilakukan setiap tanggal 27 April di setiap tahun, prosesinya masih menunjukkan keaslian walaupun dari jenis makanan yang dihidangkan sudah semakin beragam. Aku menyukai moment ini karena menemukan kembali ingatan masa kecilku di kampung halaman tercinta. Berbagi dan saling berkunjung merupakan hal yang bermakna apalagi dijaman sekarang semangat ekonomi kapitalis mengharamkan untuk berbagi tanpa membeli hehehehehe.
Sungguh kekayaan budaya ini akan menjadi lestari ketika masyarakat masih menghargai kebudayaannya dan mempertahankan nilai yang terkandung didalam prosesinya, sisi lain Naik Dango ini menjadi salah satu potensi wisata yang menjual nuansa sosial budaya.
Akhirnya padi padi telah bersemayam di lumbung dan petani petani tetap setia menanamnya untuk menyediakan pangan bagi semua.


Category: ,

Voice of Borneo:
Saya sangat menghargai komentar yang membangun dan bertanggungjawab

0 komentar