Kawasan pesisir dan laut Indonesia
memiliki potensi dan keanekaragaman
hayati tertinggi di dunia (mega biodiversity) dan termasuk dalam kawasan CTC
(Coral Triangle Center). Tingginya potensi
dan keanekaragaman hayati tersebut baik dalam bentuk keanekaragaman genetik, spesies
maupun ekosistem merupakan aset yang sangat berharga untuk menunjang pembangunan
ekonomi Indonesia. Tingginya keanekaragaman hayati perairan tersebut dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan kesejahteraan
bila dikelola secara optimal dan berkelanjutan
dengan memperhatikan karakteristik dan daya
dukung (carrying capacity) lingkungan.
Salah satu potensi utama pesisir Indonesia
adalah ekosistem mangrove. Mangrove banyak ditemui di pesisir pantai, teluk yang dangkal, daerah estuari, laguna, delta, daerah aliran
sungai dan daerah pantai yang terlindungi.
Mangrove mempunyai berbagai fungsi. Secara
fisik, berfungsi untuk menjaga kondisi pantai agar tetap stabil, melindungi tebing pantai
dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi
dan intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat
pencemar .Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas tumbuhan
pesisir yang memiliki manfaat sangat besar, antara lain sebagai daerah
pemijahan jenis ikan tertentu, daerah asuhan ikan-ikan ekonomis penting,
penyedia nutrien dan zat hara penting, serta fungsi fisik yang sangat besar
seperti menjaga daerah pesisir dari abrasi.
Cerita menarik di Kubu Raya adalah upaya pengelolaan kawasan mangrove untuk sumber penghidupan dan menjaga keseimbangan lingkungan ,sejak tahun 2016 masyarakat di Pesisir Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya memelihara kepiting dengan sistem karamba didalam kawasan mangrove, Kami memelihara kepiting dengan tetap mempertahankan hutan mangrove agar semakin cepat berkembang dan kondisi pakan alaminya selalu tersedia, demikian menurut Bapak Aliansyah saat saya ngobrol dengan beliau.
Masyarakat Batuampar telah mengantongi ijin kelola hutan desa artinya secara legal masyarakat memiliki akses kelola dan hak untuk menjaga, memanfaatkan dan memastikan kawasan ini tetap lestari.
Selain mengembangkan kepiting masyarakat juga membudidakan ikan Tyrus , Ikan tyrus harga jualnya mahal karena menghasilkan gelembung, gelembung ini bahan untuk obat kecantikan dan medis namun informasi tentang pasar dan pengolahannya masih sangat terbatas.
Komoditas lainnya adalah madu mangrove, saat ini masyarakat sudah mengenal sarang buatan (tikung) yang dipasang dipohon pohon mangrove , tikung ini akan dihinggapi oleh lebah hutan (apis dorsata) . Inovasi budidaya madu sepeeti demikian sudah banyak ditemukan di Taman Nasional Danau Sentarum Kab. Kapuas Hulu.
Kami juga sempat diajak mencicipi nikmatnya madu kelulut yang dibudidayakan diantara kebun kelapa, kopi dan berbagai jenis tanaman pekarangan produktif. Luar biasa kekayaan alam yang berlimpah dikelola dengan arif menghasilkan manfaat ekonomi dan lingkungan.
Menjelang sore kami disuguhkan kuliner seafood , kepiting, ikan, udang dan kerupuk kepiting yang disediakan oleh ibu ibu di Desa Batu Ampar. Semua penat hilang dan sinar matahari sore yang akan tenggelam di cakrawala mengantar kami kembali ke Pontianak
Orangutan merupakan primata yang eksotis dan dilindungi , primata ini salah satu spesies payung yang sangat penting didalam rantai ekologi. Mengapa disebut spesies payung? Peranan primata ini sangat penting dan menentukan siklus rantai makanan dan kesehatan bagi ekosistemnya. Orangutan dikenal sebagai primata yang memiliki kemampuan jelajah sangat luas sehingga membutuhkan kawasan hutan yang luas pula untuk hidup dan berkembangbiak.
Kali ini perjalanan ke kawasan koridor orangutan di Sui Putri -Gunung tarak -Gunung Palung di Ketapang, kawasan ink telah ditetapkan sebagai kawasan ekosistem essensial oleh Pemerintah melalui kebijakan peraturan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dan diperkuat oleh Surat keputusan gubernur Kalimantan Barat. Terletak di kawasan yang bernilai konservasi tinggi dan dienklave dari praktek perkebunan kelapa sawit PT. Kayong agro lestari dan PT. Bumi gunatama agro , kawasan ini menghubungkan subblandscape Sui Puteri dengan Taman nasional Gunung Palung di Kabupaten Ketapang.
26 Apr 2018
The Indonesian palm oil
company Bumitama is working with the government, local communities and
other companies to conserve an 'orangutan corridor' that passes through
their palm concession in West Kalimantan province. The activities are
part of the Bumitama Biodiversity and Community Project (BBCP), convened
by IDH and implemented with Aidenvironment.
With plans to plant up to 50,000 trees in the coming
months, the corridor will help ensure orangutans and other forms of
wildlife can migrate between two crucial forest areas in Ketapang
district: the Gunung Palung forest nature reserve and the Sungai Putri
peat dome.
These areas are threatened by activities that include plantations and
illegal logging. The total area to be conserved is approximately 12,000
ha, of which around 7,000 ha is on Bumitama’s concessions.
KEE: A legal framework to protect forest passing through concessions
In 2015, Bumitama introduced its
No Deforestation, No Peat, No Exploitation
policy, but lacked the legal framework to put it into practice. This is
because the Indonesian Plantation Law states that any areas under a Hak
Guna Usaha (right of cultivation) concession must be fully converted
for their intended purpose.
Palm oil companies like Bumitama are therefore legally obliged to develop their concession areas, even if they contain forest.
In response, IDH convened the West Kalimantan province and Ketapang
district governments, the Indonesian Ministry of Environment and
Forestry, Bumitama and ANJ Group (who also hold a palm oil concession in
the area). Together, in February 2018, the public-private coalition
established a decree giving the biodiversity corridor Ecosystem
Essential Area (Kawasan Ekosistem Esensial, or KEE) status, as part of
West Kalimantan’s conservation program.
This legal status means that Bumitama and others can preserve the biodiversity corridor passing through their concessions.
From corridor to community livelihoods
In line with West Kalimantan’s green growth plan, the project also
promotes alternative community livelihoods in eight local villages
around the biodiversity corridor, based on village-level land use plans.
This includes running training for local farmers on sustainable fishing
and horticulture, to demonstrate how villagers can increase their
income without cutting down the forest.
To complement this work, the project trains villagers in
participatory conservation planning and is helping set up a forest
patrol system based on Spatial Monitoring and Reporting (SMART).
The BBCP project is based on IDH’s
Production, Protection, Inclusion (PPI) approach, designed to link forest conservation to sustainable production and improving livelihoods.
Riam Berawatn merupkan salah satu potensi wisata air terjun yang indah dan masih asli alamnya , letaknya dikaki Gunung Nyiut Perginsen didesa Sahan Kecamatan Seluas Kabupaten Bengkayang. Masyarakat didesa tersebut memaknai Berawatn sebagai simbol kebanggan kampungnya dan menyejukan, Melewati jalan kampung menggunakan sepeda motor sekitar 15 menit kemudian dilanjutkan berjalan kaki . Menuruni lembah terjal dengan pepohonan rimbun dan suasana dingin cukup mengasyikan, semakin dekat terdengar gemuruh air dan rasa lelahpun hilang saat kita sudah sampai disana. Wow luar biasa dengan ketinggian sekitar 100 meter , sudah pasti pakaian akan basah kuyup kena hembusan angin basah dari air terjun Berawatn.
Berawatn dalam bahasa Bekati berarti Berawan, mereka memaknai suasana berawan yang diakibatkan efek air jatuh dari ketinggian 100 meter. Luar biasa.
Kami ditemani oleh Pak Nadu, sang legenda masyarakat adat dari desa Sahan. Beliau sosok pejuang lingkungan yang mengabdikan hidupnya untuk mempertahankan kelestarian alam dan pranata budaya masyarakat adat disana.
Pak Nadu menceritakan bahwa masyarakat adat didesanya sangat peduli dengan kelestarian hutan dan dianggap sebagai nafas hidupnya, sedangkan air yang mengalir dari pegunungan Nyiut Perginsen merupakan rahmat Jubata (Tuhan) yang harus disyukuri dan dijaga kesucian dan kebersihannya.
|
Air terjun Berawatn |
Kekayaan flora dan fauna luar biasa dan masih mudah dijumpai pohon pohon hutan khususnya family Diptero dan beberapa jenis leprosula yang bisa tumbuh disekitar hutan adat desa Sahan, berbagai jennis burung dan ikan juga menjadi bagian kekayaan sumber daya alam di kaki pegunungan Nyiut ini.
Hijaunya pepohonan dan segarnya udara membuat kita terlena dan lupa waktu menikmati alam Riam Berawatn.
Baju telah basah dan pak Nadu mengingatkan bahwa kita masih punya agenda pelatihan sistem mutu tengkawang dengan kelompok tani didesa akhirnya membatasi kunjungan kali ini . Next time kita akan eksplore lagi berbagai cerita tentang Riam ini.
Pontianak, September 2017
Perjalanan kali ini serasa dikejar setan karena saat menuju pelabuhan speed pemberangkatan saya dicall berkali kali oleh team pemandu untuk memastikan kami bisa on time, hehehe dan ternyata rombongan pejabat setingkat Dirjen dan tamu tamu perusahaan lainnya sudah menunggu disana.
Keterlambatan ini bukan sengaja kok, jalanan macet dan jadwal pemberangkatan ternyata lebih awal dari pemberitahuan sebelumnya.
Dua speed boat ukuran 800 PK membawa rombongan kami menuju lokasi konsesi HTI PT. Mayawana Tani Industri yang merupakan salah satu anak perusahaan besar Group Sumitomo Jepang. Upaya kerjasama perusahaan Jepang dengan Indonesia ini ternyata memiliki sejarah panjang dalam bisnis permata hijau khatulistiwa, sejak tahun 1980 an pasar kayu log Indonesia sudah mulai dikirim ke Jepang untuk pemenuhan kebutuhan disana dan tentunya telah menyumbang devisa bagi negara kita.
Perjalanan selama 3 jam menyusuri sungai Kapuas dan masuk ke sungai Kualan di Muara Labai sangat menarik karena di sepanjang perjalanan kita bisa melihat kehidupan masyarakat dengan aktivitas yang melekat dengan fungs sungai sebagai urat nadi perekonomian. di bagian hilir kita melihat pengelolaan karamba karamba ikan yang dikembangkan sejak lima tahun terakhir. di bagian hulu kita menemukan beberapa aktivitas nelayan sungai yang menjala dan memasang pukat untuk menangkap ikan.
Sesampainya di lokasi perusahaan kami diajak melihat kondisi pengelolaan muka air gambut yang dipromosikan oleh group perusahaanini sebagai kewajiban pemenuhan pengelolaan HTI yang tidak merusak gambut.
|
melihat pembibitan di PT. MTI |
|
Pembibitan yang dilakukan oleh unit management bertujuanuntuk menyediakan bibit yang akan ditanam sebagai komoditas inti yakni jenis Accia carsicarva, tanaman untuk kawasan konservasi seperti shorea sp dll.
Perusahaan tersebut menggunakan tumbuhan endemik untuk pengayaan plasma nuftah atau jenis ragam kayu dikawasan konservasi, kawasan konservasi yang dikelola oleh perusahaan ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi hidrologis kawasan dan keanekaragaman hayati yang menjadi bagian dari kawasan bernilai konservasi tinggi (HCVF). UNtuk menjaga keseimbangan suply air gambut mereka berkomitmen untk menjaga sekitar sepuluh ribu (10.000) Ha dan disebut sebagai Water Bank..wow luar biasa
|
Peta Kontur |
|
|
Sebelum melakukan penataan muka air gambut dan mendesain canal, canal block maka PT. MTI memastikan data kontur secara detil dengan melakukan pemetaan kontur dan ground check lapangan. Hal ini menjadi bagian penting karena modeling konsep berdasarkan kondisi kontur dan mempertimbangkan sifat air tanah yang mengalir melewati pipia kapiler tanah dan bersifat alami
|
salah satu canal blocking |
|
Model kanal bloking yang dikembangkan oleh perusahaan ini memastikan muka air gambut tetap berada pada ketinggian 30 - 40 cm dari permukaan tanah dan diatur oleh saluran yang dilengkapi sistem pengendali airnya (Canal bloking).
Mempertahankan muka air tanah seperti yang direkomendasikan oleh Pemerintah RI melalui Badan Restorasi Gambut tetap bisa dilaksanakan dan mendukung keberlanjutan investasi, demikian disampaikan oleh Mr. Kato sebagai President Director Sumitomo.
|
filed trip |
Panas terik terasa sekali karena kawasan sudah dibuka untuk rencana penanaman tanaman HTI dan ditambah lagi uap panas dari gambut, jika berada dalam kondisi begini jangan lupa membawa stok air minum dan tentunya mempersiapkan kondisi badan siap dan Fit.
Diakhir perjalanan hari ini kami diajak untuk menanam pohon sebagai kenang kenangan bagi para tamu khusus yang diundang oleh perusahaan ini, ternyata seblumnya sudah banyak sekali yang berkunjung baik dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup maupun pejabat Propinsi hehehehe
|
Country Director IDH Sustainable trade |
|
|
Semoga inisiatif ini menjadi inspirasi dan memperkaya ide untuk pengelolaan gambut berkelanjutan yang memberikan keuntungan dan manfaat kedepan...
Disambut hujan gerimis pesawat Garuda yang mendaratkanku di Negeri Laskar Pelangi (Belitung) membuat suasana dingin dan mengundang pertanyaan tentang pesona Negeri ini. Setiap tempat baru yang kudatangi membuatku gugup dan berhati hati karena banyak hal yang belum kuketahui misalnya arah jalan, keamanan dll.
Suasana itu mulai mencair saat sopir taksi yang kutumpangi mulai membuka informasi tentang Belitung, Disini keamanan terjamin mas dan banyak lokasi wisata yang bagus untuk dikunjungi. wow kereeen aku bisa mendapatkan informasi gratisnya tentang situasi ini, hebatnya lagi dia nyerocos promosi kopi dan budaya minum kopi, pas banget dengan cerita Andrea Hirata dalam novel novelnya tentang Belitung.
Perjalanan menelusuri pesona Belitung diawali berkunjung ke Pantai Lengkuas, pantai ini merupakan lokasi syuting film Laskar Pelangi yang diangkat dari Novel Andrea Hirata. Luar biasa bebatuan pantai dengan kejernihan air laut merupakan fenomena fantastis yang memanjakan mata dan membuat takjub begitu besarnya KaryaNYA.
Aku langsung teringat tentang Genesis dan sabdaNYA untuk menguasai segala milik ciptaanNYA dengan bijaksana. Di kejauhan nampak pulau Lengkuas yang menjadi destinasi favorit wisatawan, hanya membutuhkan waktu 30 menit by speed boat pengunjung sudah sampai di Pulau Lengkuas
Sebuah kebanggaan dari Belitung , film terkenal yang mengangkat kisah anak anak Belitung dibuat disini. Laskar Pelangi bukan sekedar kisah heroik anak anak kampung berjuang untuk mendapatkan pendidikan tetapi icon semangat orang Belitung untuk Maju dan mengharumkan nama Bangsa.
kisah kisah inspiratif ini tentunya lebih bermakna jika menjadi cerita dan dijadikan tontonan keluarga, Semilir angin dan indahnya pemandangan pantai memanjakan pengunjung lupa waktu dan menghabiskan diri untuk mengabadikannya. Wow kereen banget
Sisi lain yang sayang untuk dilupakan adalah Kopi.....Kopi saring Kong Djie sejak 1943 menyediakan citarasa kopi nusantara yang menyentak mata penikmat kopi, kekentalan kopi dengan cita rasa khas dan disudh panas memanjakan lidah dan menempatkan kopi Belitung sejajar dengan kopi lainnya di Negeri Nusantara ini. Hmmm ternyata tidak cukup segelas hehehe
Budaya Minum kopi ternyata hampir sama dengan tanah kelahiranku Kalimantan Barat, Warkung kopi sebagai media sosial dan kultur perdamaian dan persahabatan. Aku sangat menikmatinya apalagi mendengar celoteh dan obrolan dari meja sebelah denganbahasa lokal...sungguh menarik dan membuat suasana riuh.
Dari sini mereka bisa berbagi cerita dan pendapat tentang kehidupan , politik, bahkan cerita konyol yang dialami.
Cerita ini masih bersambung dan akan selalu menjadi kenangan Indah , membuat bangga Nusantara penuh pesona, menyimpan kekayaan budaya dan keindahan Alam serta sumberdaya yang abadi....
Masyarakat tradisi di Uluk Palin, seperti halnya komunitas-komunitas tradisi lainnya, membutuhkan perhatian agar dapat bertahan.
Kabar tentang terbakarnya rumah panjang
Uluk Palin di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, pada Sabtu (13/9) malam
lalu sungguh mengiris perasaan. Bukan semata karena terdapat kenangan
akan tempat itu. Melainkan, karena teringat bahwa seharusnya rasa
kehilangan itu bukan semata milik sekelompok orang.
Dari foto-foto
yang beredar di media sosial, tampak puluhan tiang dari kayu ulin yang
berwarna gelap itu masih berdiri tegak. Namun, sekarang tidak ada apapun
lagi untuk ditopang. Tidak pula kehidupan 130-an kepala keluarga yang
sebelumnya hidup di rumah panjang tersebut.
Dalam tradisi Dayak,
rumah panjang—dan hutan—adalah semacam kosmos. Pusat sekaligus bagian
terpenting semesta kehidupan. Seperti jika kita mengucapkan kata
“kampung”, “pulang”, “rumah”; maka rumah panjanglah yang diingat oleh
masyarakat Dayak. Bagi mereka, rumah panjang juga merupakan pemersatu.
Rumah panjang adalah identitas. Di sanalah mereka berkerabat dan
bertradisi.
Di rumah panjanglah tradisi Dayak terpelihara. Bukan
di pentas-pentas kesenian maupun di poster raksasa yang terpasang di
dinding terminal-terminal bandara. Rumah panjang adalah bagian dari apa
yang kita sebut sebagai kekayaan budaya Indonesia. Jangan lupa bahwa
sebelum terbakar habis, itu adalah rumah panjang yang terpanjang dan
yang tertua di seantero Kalimantan. Suatu cagar budaya yang sangat
penting.
Rumah panjang Uluk Palin, dan komunitas subetnis Dayak
Tamambaloh Apalin sebagai sang empunya, telah bertahan dari segala
perubahan yang terjadi pada setidaknya satu abad terakhir.
Perubahan-perubahan itu termasuk yang didorong dari luar, yakni
peradaban modern perkotaan.
Dari yang tadinya merupakan masyarakat
pengumpul, peramu, dan pemburu; perlahan mereka berusaha beradaptasi
menjadi komunitas yang bekerja dan membeli. Seraya bergelut dengan
faktor ekonomi, mereka menghadapi beberapa hal lainnya. Termasuk
kecenderungan masyarakat modern perkotaan yang agaknya mendorong mereka
untuk membangun rumah-rumah tunggal yang lebih higienis. Termasuk pula
menghadapi anggapan bahwa mereka “tertinggal”.
“Seseorang hanya
dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan
mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal
Indonesia bersama rakyatnya dari dekat,” tulis aktivis ’66, Soe Hok Gie,
pada suatu kali. Melihat rumah panjang masyarakat Dayak, mengenal
orang-orangnya, tidak akan sama kualitasnya dengan mengunjungi,
misalnya, Taman Mini Indonesia Indah.
Lebih daripada itu, saat ini
ratusan orang di sana terpaksa bertahan di bawah tenda-tenda. Di antara
mereka terdapat banyak anak-anak, yang biasanya bermain lompat karet,
mengayuh sepeda mungil, atau membantu orang tuanya mengupasi kulit buah
tengkawang di lorong beranda rumah panjang.
Dari Jakarta, untuk
mencapai (sisa-sisa) rumah panjang Uluk Palin, kita perlu naik pesawat
ke Pontianak, lalu dilanjut pesawat lagi ke Putussibau jika tidak ingin
menempuh perjalanan darat semalaman.
Dari Putussibau, jarak Uluk
Palin terpaut satu jam 15 menit berkendara. Dari Jakarta, tempat ini
jauh. Namun, sebagai bagian dari tanah air, masyarakat tradisi Uluk
Palin membutuhkan uluran tangan. Untuk bangkit. Ke Indonesia-lah harapan
dapat diucapkan dalam hati, walaupun perbatasan Malaysia berjarak lebih
dekat. sumber : National Geographic
Hampir 70% karet alam dunia dihasilkan di Indonesia, Malaysia, dan
Thailand. Namun, dalam beberapa bulan ini harga karet turun drastis. Hal
ini membuat para petani, khususnya di Kepulauan Bangka Belitung,
menjerit. Betapa tidak, dibanding pada akhir 2013, harga karet mampu
mencapai Rp.8.000 per Kg, tetapi saat ini hanya mampu menembus Rp6500
per Kg.
Senada itu juga dirilis bahwa Harga
karet di bursa berjangka
karet
Singapura (TSR20) terus tertekan dalam beberapa bulan terakhir. Tak
tanggung-tanggung, pada perdagangan Senin (21/4) siang, harga
karet
terjun bebas ke level US$1,66 per kg, turun sekira 11,5 sen Amerika
dari posisi penutupan perdagangan 16 April yang menyentuh angka US$1,8
per kg.
Ternyata komoditi ini sangat rentan terhadap pengaruh pasar modal, apakah ini gejala dari liberalisasi perdagangan pada masa perdagangan bebas? atau ada sentimen persaingan yang tidak sehat sehingga perdagangan menjadi unfair?
Bila melihat fakta demikian maka dipastikan dampak bagi petani sangat luar biasa dan perekonomian mereka drastis anjlok. Di Kalimantan Barat sekitar 70% sumber ekonomi masyarakat di perdesaan dari kebun karet , perkembangan dan pembangunan kebun karet diawali sejak jaman kolonial Belanda di Indonesia.
Harga karet anjlok berakibat menurunnya daya beli masyarakat di sektor perdesaan bahkan banyak petani yang beralih ke sektor lain seperti menjadi buruh di perkebunan kelapa sawit didesa sekitarnya. Pola pengelolaan kebun karet di Kalimantan Barat mengarah ke sistem agroforestry dimana karet dikombinasikan dengan berbagai jenis tanaman seperti gaharu, tengkawang, durian dan berbagai jenis tanaman hutan lainnya. Model ini mengarah kebun hutan, segalanya tersedia dan memiliki kekayaan dan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.
Pengelolaan Karet sebagai Bentuk Klaim atas Lahan
Ternyata berkebun karet bukan sekedar bertujuan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi saja tetapi juga menjadi simbol pengelolaan dan kepemilikan lahan bagi masyarakat di Kalimantan Barat, Keberadaan kebun karet rakyat ini tidak hanya diwilayah permukiman saja tetapi juga dikawasan bekas perladangan mereka, jika ditelisik model ini merupakan upaya restorasi kawasan dengan pola agroforestry.
Bukti kepemilikan lahan pada umumnya belum menggunakan dokumen tertulis apalagi sertifikat hak milik, kepemilikan dibuktikan dengan bukti tanaman atau sejenisnya yang pernah ditanam dan masih dikelola oleh rumah tangga petani.
|
foto by Ilahang...Prosesing karet rakyat |
Hal ini masih sering menjadi sumber konflik di Kalimantan Barat terutama ketika Pemerintah telah memberikan ijin konsesi kepada perusahaan perkebunan, HPH, HTI atau pertambangan.
Wahana Lingkungan Hidup Kalimantan Barat mencatat ada 88 kasus di
provinsi itu pada sepanjang 2011, yang menunjukkan konflik perkebunan
kelapa sawit dan masyarakat. “Kasus ini sekaligus mengindikasikan
potensi kerugian atau bencana dari kebijakan pembangunan perkebunan
sawit,” selama tiga tahun sejak 2008,
konflik antara investor pengembangan perkebunan sawit dan masyarakat
mencapai 280 kasus. Dari ratusan kasus itu, ada 20 kasus
kriminalisasi masyarakat oleh pihak perkebunan sawit. Angka tersebut
terus meningkat seiring masifnya pemberian izin ekspansi sawit.
Fakta tersebut membuktikan bahwa harus ada mekanisme pengakuan dan mendorong produktivitas melalui keterlibatan masyarakat didalam pembangunan, mereka tidak boleh dijadikan penonton. Peluang untuk membuka kran income melalui potensi sumber daya yang dimiliki menjadi kata kunci bagi pemegang kebijakan.
Terakhir ini Pemerintah Daerah juga mengakui bahwa perkembangan pembangunan kelapa sawit tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan pendapatan daerah melalui pajak, fakta ini membuat kita berpikir bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi dan saat ini harus diakui bahwa kepemilikan saham perkebunan sudah dikuasai pengusaha asing, dampak Keleluasaan pemodal asing untuk menguasai lahan dalam jangka panjang tidak pernah dipikirkan atau memang sengaja digadaikan negeri ini? Ijin Hak guna Usaha sbisa diperpanjang sampai lebih dari seratus tahun...kereeeen penjajahan terulang lagi dan petani hanya menjadi buruh ditanah mereka sendiri.
Lalu apa hubungannya dengan anjloknya harga karet?
Ini menarik, ketika ekspansi lahan oleh perusahaan tidak semulus ijin yang dikeluarkan karena masyarakat pemilik dan pengelola lahan menolak untuk dibebaskan lahannya, terutama kebun kebun karet rakyat. Janji manis komoditi lainnya dijadikan propaganda dan akhirnya membuat masyarakat tergiur untuk menyerahkan lahannya kepada perusahaan. Bentuk propaganda tidak sebatas itu saja, tidak segan segan pihak perusahaan melakukan intimidasi dengan bungkusan skema kemitraan bahkan kehadiran aparat keamanan pada saat sosialisasi dan penggusuran lahan.
Saat ini sudah banyak kebun karet potensial yang beralih komoditi menjadi hamparan kebun kelapa sawit.
Salah satu penyebab peralihan ini karena kondisi terpaksa dan nyaris tidak ada pilihan untuk bertahan hidup.
Kembali pada konteks harga karet , hal yang menarik juga adalah modus penentuan harga adalah dengan membiarkan petani memproduksi karet dengan mutu jelek. Ketentuan tentang standart pembelian mutu karet bersih hanya menjadi pajangan saja. Pabrik sudah untung dari tekhnologi pengolahan walaupun kualitas yang diterima rendah daripada mereka membeli karet berkualitas.
Petani sengaja dibingungkan dengan kenyataan pasar dimana harga karet yang diproduksi dengan kualitas rendah nyaris sama dengan harga kualitas tinggi. harga dan model perdagangan karet yang diterapkan oleh pedagang pengumpul ditingkat kampung hingga pabrik membuat harga semakin anjlok, padahal sentra informasi harga karet sudah bisa diakses secara online melalui
SMS dengan mengetik Karet Harga dan dikirim ke 99250 hanya menjadi pemanis saja dan tentunya petani akan terbelalak ..oh ternyata harga di pabrik masih tinggi.
Inovasi Tekhnologi dan standart Mutu sebagai solusi produktivitas dan Harga karet
Saat survey dibeberapa kebun masyarakat di pedalaman Kalimantan Barat, kami menyimpulkan bahwa produktivitas karet alam masih bisa ditingkatkan dengan melakukan sedikit saja inovasi tekhnologi, misalnya inovasi tekhnik pemanenan batang sadap, Tekhnik penyimpanan, Tekhnik pembekuan dan pemupukan.
Menurut predikdi akhli Karet yakni Ibu Ilahang, kenaikan produksi bisa mencapai 30% dari produksi awal hanya melakukan perbaikan tekhnik sadap. jika ditambah dengan inovasi stimulan dan penerapan waktu panen maka akan meningkat 20% lagi..luar biasa walaupun harga karet anjlok sampai Rp.5000, namun juka produksi bisa dinaikan dari 10 kg ke 15 - 20 kg maka pendapatan petani tetap tinggi yakni sekitar Rp. 100.000/hari.
|
Foto Karet , courtesy : Ilahang |
|
Latar Belakang
Di
desa-desa sekitar (penyangga) Taman Nasional Gunung Palung, sekitar 45.000
orang mencari yang beraktivitas mencari nafkah dengan padi dan menjual hasil
hutan non-kayu (HHBK) seperti karet dan durian. Diwaktu mendatang gaya hidup
tersebut akan berubah karena urbanisasi dan perluasan perkebunan kelapa sawit
atau usaha lain yang bersifat eksploratif dan eksploitatif. Sementara
menerapkan pengelolaan kolaboratif dan kegiatan -terkait REDD +, mengamankan
pengetahuan dan hak-hak masyarakat orang perlu dipertimbangkan sebagai aspek
penting pada perlindungan untuk mengurangi risiko konflik di masa depan.
Dalam
usaha untuk melindungi kawasan konservasi yang dimana sudah ada masyarakat yang
mendiami dan mengelola hasil hutan yang ada didalamnya, diperlukan suatu
langkah strategis dan terpola dengan mengedepankan kerjasama antara pihak
pengelola kawasan konservasi, masyarakat serta stakeholder. Dengan mengutamakan
atas kesetaraan hak dan tanggungjawab dalam pengelolaannya. Karena diharapkan
masyarakat disekitar kawasan konservasi dapat menerima manfaat langsung dan tak
langsung dari usaha konservasi yang dilakukan.
Dari
hasil survei sosial ekonomi yang telah dilakukan di sekitar Taman Nasional
Gunung Palung, sebagian besar masyarakat melakukan pemanenan/mengumpulkan hasil
hutan bukan kayu dari dalam kawasan konservasi tersebut. Dan ini telah
berlangsung lama secara tradisional dan masih belum dapat dilihat
kesinambungannya untuk waktu yang panjang.
Untuk
itu survei yang lebih rinci sangat diperlukan untuk memahami situasi terkini
terkait dengan pemanfaatan dan penggunaan hasil hutan bukan kayu dan
mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat untuk perlindungan dan pengelolaan
Taman Nasional Gunung Palung secara berkelanjutan.
|
Panen Madu lebah hutan Apis dorsata |
A. Capaian
Capaian yang diharapkan dari survey
ini adalah:
1. Untuk
mengetahui penggunaan HHBK dan pengetahuan masyarakat dalam mengelolanya
disekitar TNGP;
2. Untuk
menganalisis bagaimana menggunakan dan pengetahuan tentang HHBK mempengaruhi
keberlanjutan konservasi hutan dan keanekaragaman hayati secara positif dan
negative;
3. Untuk
member usulan mengenai langkah-langkah yang tepat untuk pengelolaan TNGP dan
dukungan mata pencaharian dengan meningkatkan nilai HHBK serta mengamankan
hak-hak masyarakat lokal dalam penggunaan HHBK;
4. Untuk
mengembangkan aspek hukum antara para pemangku kepentingan di pasar HHBK serta
untuk mengamankan manfaat bagi masyarakat setempat dan pengelolaan TNGP.
B. Kegiatan
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
survey ini mencakup:
1. Pengumpulan
informasi dasar, tentang HHBK penggunaan dan pengelolaan taman nasional kemudian
akan dikompilasi ke lembar informasi.
2. Interview
kepada stakeholder, Orang/badan yang terlibat dalam pengelolaan TNGP dan HHBKseperti
pejabat dari pemerintah daerah,, LSM dan kantor TNGP. Wawancara dengan para
stakeholder akan dilakukan dan didokumentasikan dalam laporan. Wawanca ini juga
akan mempertimbangkan kesenjangan dalam pemahaman peraturan terkait dan
kebijakan antara para pemangku kepentingan.
|
Diskusi dengan Masyarakat Manjau |
3. Survey
lapangan, akan dilakukan kepada kelompok masyarakat yang mengelola HHBK. Dalam
wawancara dengan informan kunci, item berikut akan dimasukkan sebagai informasi
dasar:
a. jenis HHBK, lokasi pengumpulan HHBK (baik di dalam
maupun di luar TNGP),
b. jumlah
dan frekuensi pengumpulan dan
c. penggunaan
beserta cara penggunaan HHBK
d. aturan
lokal atau pengetahuan tentang pengumpulan/panen,
e. kepemilikan
atau menggunakan hak (lokasi dan produk)
f. perubahan
sumber daya dan masyarakat,
g. harga
produk di pasar lokal dan informasi terkait lainnya pada HHBK.
|
survey lapangan |
4. Analisis
Dalam
pelaksanaan survey ini, analisis yang akan dilakukan akan mencakup
a. Situasi
koleksi HHBK dan penggunaannya dalam perbedaan antara karakteristik seperti
etnis, migrasi dan fitur geografis
b. Luas
pemanfaatan HHBK oleh masyarakat dalam NP dengan peta
c. Pengetahuan
lokal atau kebijaksanaan pada HHBK penggunaan dan pengelolaannya
d. penggunaan
sumber daya Perubahan dan HHBK dan faktor potensial dari perubahan
e. Potensi
pemanfaatan HHBK untuk mendukung kehidupannya termasuk sumber daya pemasaran
dan rencana pengembangan kapasitas masyarakat setempat.
f. Implikasi
bagi pengelolaan taman dan pemantauan keanekaragaman hayati dengan kantor TNGP
yang mencakup isu-isu dan tantangan dalam sistem zonasi TNGP.