wilayah perbatasan Indo - Malay Rawan Pangan

Voice of borneo | 20.33 | 0 komentar

Pontianak(08/09). Kalau kita melihat siraran media di Indonesia baik elektroknik maupun cetak,akhir-akhir ini selalu dihiasi oleh permasalahan-permasalah konflik perbatasan Malaysia-Indonesia. Sehingga sebagian masyarakat Indonesia dengan gagah beraninya mengajak pemerintan Indonesia melakukan Perang Malawan Malaysia. Padahal di balik permasalahan itu, ada permasalah laten yang kurang menjadi sorotan media lokal dan nasional. Terutama masalah ketahanan masyaraka di daerah perbatasan.
Redaksi, Suara Komunitas Pontianak,menerima tamu dari Koalisi Rakyat Untuk Kedaualatan Pangan Simpul Kal-Bar. Lorent,Mengatakan”Ketahan pangan masyarakat perbatasan pada saat ini sangat mengkwatirkan, karena mengalami penurunan yang signifikan dan ini sebuah ancaman bagi ketahan lainya,terutama di daerah Lanjak Kabupaten Kapuas Hulu”

Ia menerangkan, dari hasil Studinya”fenomena ini disebabkan adanya kelender musim yang makin kacau akibat perubahan iklim, sehingga ladang-ladang atau sawa belum dapat ditanam maupun di panen. Sehinggan menyebabkan lumbung-lumbung pagan masyarakat perbatasan makin berkurang”.

Masyarakat Lanjak, kalau sudah panen padi, mereka tidak menjualnya kepada masyarakat tetapi disimpan dilumbung-lumbung padi yang berbentuk pondok-pondok kecil. Sebagaimana tradisi masyarakat adat Dayak di Perbatasan Malaysia- Indonesia.” Namun pada saat ini,pondok-pondok kecil yang berisi beras makin berkurang “.kata Lorent.

“Pemerintah belum responsif dengan keadaan tersebut, mereka belum melihat permasalah ini sebuah permasalah yang besar. Sehingga mereka membiarkan masyarakat perbatasan begitu saja”Tambah Lorent.

Ia menegaskan,Saya kwatir kalau kondisi ini makin parah,mereka lebih menggantungkan diri terhadap negara tetangga. Karena akses jalan lebih dekat ke Malaysia. Di Bandingkan kepusat Kota Kapuas Hulu. Apa lagi perhatian pemerintah Republik Indonesia hampir tidak ada. Dengan kondisi masyarakat yang ketahanan panganya terancam.

Ia mengharapkan, pemerintah RI jangan menganggap permasalah ini enteng. Kalau sampai Negara Malaysia yang membantu mereka. Dan masyarakat perbatasan lebih merasakan bantuan fasilitas dari Negara tetangga ini lebih berabeh. “Maka perhatikan donk pembangunan daerah perbatasan,sebelum warganya mengambil inisiatif sendiri,negara RI akan menerima konsekuensi yang cukup berat”Tegas Lorent. (dhg)

Category:

Voice of Borneo:
Saya sangat menghargai komentar yang membangun dan bertanggungjawab

0 komentar