Berbagi Kisah tentang sempadan Indonesia-Malaysia
Kecamatan Badau merupakan salah satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, Saat berbicara tentang perbatasa di kedua negara ini, tentunya muncul aspek komparasi (perbandingan)diantara keduanya, betapa tidak karena pencitraan negara dan persoalan keamanan negara dipertaruhkan dalam konteks politik Hankam. Namun tidak berlebihan jika saat ini kondisi perbatasan masih berada dalam rupa buruk pelayanan Pemerintah RI, keterbatasan akses dan lambatnya pengembangan ekonomi telah membuat wilayah perbatasan tertinggal dengan wilayah lainnya.
Berbagai konsep sudah dirancang namun percepatan pembangunan hanya menjadi jargon belaka. MAsyarakat diperbatasan Indonesia dan Malaysia memiliki karakter sosial dan ikatan kekeluargaan yang sangat kuat, bahkan mereka memiliki kewarganegaraan ganda sehingga mereka leluasa untuk keluar masuk dari Indonesia - Malaysia. Mengungkap tentang persoalan rasa bernegara, nyaris ak ada alasan bagi mereka untuk tidak megakui Indonesia sebagai Tanah Tumpah Darah. Walaupun mereka bermukim di Malaysia namun mereka selalu merindukan dan selalu pulang ke Indonesia.
sikap demikian masih sering diragukan, bahkan gelar pasukan di sepanjang perbatasan dengan pola represif bukan solusi utama.
Aktivitas ekonomi warga perbatasan memang lebih banyak ke Malaysia, terutama penjualan hasil bumi seperti komoditi karet, kopi, kakao, buah buahan dan ikan. demikian juga sebaliknya kebutuhan minyak, sembako, bahan bangunan dan berbagai keperluan lainnya dibeli dari Malaysia. KOndisi ini telah terjadi sejak dulu dan menjadi pilihan disaat belum adanya geliat intervnsi Pemerintah RI terutama persoalan pasar dan infrastruktur jalan dan transportasinya.
Category:
0 komentar