Home �
artikel
,
borneo
,
Travel
� Romantisme vs Realitas
Voice of borneo |
17.39 |
0
komentar
|
Ilustrasi, Sumber: http://www.thejakartapost.com/ |
Awalnya hanya menuliskan sebuah ide kritis tentang quo vadis orang Dayak di salah satu grup diskusi media Blackberry, namun pemikiran pemikiran tentang romantisme dan realitas menjadi dua kutub yang tidak dipahami. Sejumlah members diskusi menyerangku dan tidak tanggung tanggung mereka adalah pejabat pejabat yang berkuasa di provinsi dan kabupaten. letupan letupan emosi dari pemikiran pragmatis yang hanya melihat eksistensi dari sisi politis dan kepuasan terhadap apa yang telah mereka dapatkan dari penguasa saat ini..tentunya kelompok ini boleh kusebut sebagai politisi dan kontraktor kontraktor project pemerintah atau pegawai pegawai tinggi di konsesi yang telah mendapatkan hak kelola atas tanah tanah orang kampung Dayak.
mari kita mulai buka diskusi ini : apakah saat ini kita telah puas dengan apa yang terjadi di bumi borneo?atau lebih khusus lagi di Kalimantan barat? atau lebih khusus lagi di daerah orang dayak?kujawab perlu mempertanyakan eksistensi dan masih adakah kedaulatan orang Dayak atas sumberdaya yang dimilikinya dari keiatan pembangunan yang notabene di kabupaten dan di propinsi yang dipimpin oleh orang dayak sendiri?
Dayak bukanlah kelompok ekslusive dan
Memiliki identitas budaya tidak berarti
harus menonjolkan primordialisme, tetapi dimaksudkan untuk berpegang teguh pada
identitas budaya. Identitas budaya ini merupakan wajah unik seseorang atau
sekelompok masyarakat yang mencerminkan wajah jiwa dan tingkat pencapaian
intelektualitas yang dikenal sebagai local wisdom.
Category:
artikel,
borneo,
Travel
Voice of Borneo:
Saya sangat menghargai komentar yang membangun dan bertanggungjawab
0 komentar