Belajar bersama petani Ngudiharjo

Voice of borneo | 21.21 | 0 komentar

Pagi itu kami meluncur ke Desa untuk belajar dan mendengarkan cerita petani yang sudah mengembangkan sistem cadangan pangan dan kelembagaannya, sepanjang perjalanan celoteh ceria temanku Thom membuat perjalanan ini semakin rame..Thom Uran temanku dari Flores timur ini bercerita tentang pengalaman kocak ketika berada di desa-desa dampingan.
Setibanya di desa kami disambut oleh kelompok tani Ngudiraharjo, selain kaum lelaki ternyata kelompok ini juga beranggotakan kelompok perempuan. Dengan demikian komposisi gender terpenuhi dong celoteh temanku.
KEinginnan dan motivasi menghidupkan lagi sistem cadangan pangan desa ini berawal dari pengalaman bencana gempa bumi yang meluluh lantakkan semua rumah. ancaman kelaparan pun terjadi karena selama ini sudah tidak ada lagi lumbung pangan yang dimiliki keluarga. Kami merasakan dari hari ke hari hidu kami semakin susah dan pangan semakin sulit kami produksi padahal kebutuhan kami untuk menyekolahan anak semaki tinggi, dmeikian menurut Pak Kardiman anggota kelompok tani.
Keinginan bersama untuk mengantisipasi kekurangan pangan dan mendongkrak harga jual padi menjadi cita-cita bersama, sehingga pendirian lembaga pangan desa ini disetujui oleh 201 keluarga. Selain mengelola cadangan pangan dan melakukan simpan pinjam pangan kepada anggota , kelompok kami juga mengembangkan lumbung benih padi lokal yang selama ini sudah nyaris punah. Hingga saat ini semua petani bisa mendapatkan kembali benih lokal yang cocok dengan kondisi disini. Perjalanan kami lanjutkan di hamparan sawah untuk belajar tentang proses budidaya, hampir semua petani telah melakukan cara budidaya padi organis. Kami sangat bersyukur saat ini kami dibantu oleh koalisi rakyat untuk kedaulatan pangan dengan pembelian mesin penggiling dan pelatihan pengorganisasian dan peningkatan kapasitas.
Tak mau kalah ternyata kelompok ibu-ibu juga melakukan kampanye pangan lokal ditingkat keluarga, setiap keluarga disarankan untuk mengolah pangan dari sumber lokal karena lebih sehat dan relatif murah. makan indomie hanya untuk memberi uang kepada orang kaya mas...demikian menurut salah satu ibu. Aku ingat banyak orang mendiskusikan tentang dampak kapitalisasi dan membuat rekmendasi bagus dan terstruktur tetapi nihil hasilnya, tetapi disini ternyata petani kita dapat melawan kapitalis dengan hal-hal praktis, mengagumkan sekali...
Kaum ibu juga mengolah sampah organis menjadi kompos, membuat pestisida hayati dan mengolah pangan untuk dipasarkan. Kompos yang diproduksi lebih baik dan murah dibandingkan dengan pupuk kimia yang dibeli dipasar, petani tidak lagi tergantung dari pupuk, pestisida dan semua sarana produksi luar.
Kemandirian petani untuk menentukan cara produksi, distribusi, konsumsi pangan sesungguhnya adalah kedaulatan rakyat yang merdeka..

Category:

Voice of Borneo:
Saya sangat menghargai komentar yang membangun dan bertanggungjawab

0 komentar