Perjalanan Ke Negeri Ho chi Minh

Voice of borneo | 09.17 | 0 komentar

Masih terasa jetlag pesawat ketika aku mendarat di Ho chi Minh , ibukota Vietnam. Sore itu cuaca cukup cerah dan terasa panas. Kota ini sepintas mirip kota kota besar lainnya di Asia, namun satu yang menarik dari pengamatan sore ini yakni kendaraan yang berseliweran dan terkesan semrawut seolah olah menandakan kesibukan warga kota. Pengendara motor memacu motor motornya diantara mobil dan mereka cukup gesit dan tidak begitu laju.
Jadi ingat kotaku juga dimana kendaraan motor mendominasi jalanan kota dan nekad menyerempet sana sini..helm yang dipake masih dibawah standart SNI celoteh temanku, hehehehe memang bener helm cuma nangkring dikepala bukan helm standart (helm krupuk).
kesan pertama kesemrawutan ini terbayar dengan kenikmatan makanannya..pe'ng (mie tiaw rebus) yang luar biasa lezatnya. Kepenatan sore terbayar dengan semangkuk mie dan seduhan teh hangat yang disuguhkan oleh penjaga warung tepi jalan ini, Cita rasa masakan vietnam sepertinya akan menjadi objek utama beberapa hari kedepan.
Setelah istirahat sekitar 3 jam kami balik lagi ke bandara untuk melanjutkan perjalanan ke Hanoi, perjalanan ke Hanoi menggunakan Air Bus Vietnam Airlines dalam waktu 3 jam, lumayan capek duduk manis di pesawat. Setelah melewati check in kami aku langsung bergegas menuju pesawat mengikuti penumpang lainnya. Agak rame dan penerbangan klass ekonomi menarik karena bisa melihat bagaimana para penumpang membawa berbagai macam barang bawaan diluar bagasi.
Perjalanan Air Bus VAL segera dimulai, gemuruh mesin pesawat meraung dan mulai bergerak dilandasan pacu bandara Ho Chi Minh, terasa cukup dingin dan take off cukup mulus. sekilas dibalik jendela bentang alam Ho chi minh dan kawasan kawasan yang mengelilinginya menjadi pemandangan yang indah, lampu lampu kota seperti semakin redup seiring dengan bertambahnya ketinggian pesawat.
Pukul 10 malam pesawat telah mendarat di Hanoi dan aku keluar bandara untuk mencari taksi menuju hotel yang telah dipesan oleh panitia seminar. sudah mulai terasa kantuk namun karena daerah ini masih asing sanat sayang untuk dilewatkan.

Hanoi disaat malam seperti geliat kota bertumbuh, jajanan pinggir jalan dan pasar malam yang menawarkan aksesoris dan berbagai macam barang oleh oleh, Indonesia apa kabar begitu mereka menyapaku saat memasuki sebuah kios kaos kaos murah yang menggambarkan vietnam...aku tertarik dengan tsirt warna merah dengan gambar palu arit dan dibawahnya ada foto Ho Chi Minh , legenda tokoh pergerakan komunis ini sangat mempesona dan luar biasa...
Nama aslinya adalah Nguyễn Sinh Cung, dan juga dikenal sebagai Nguyễn Tất Thành, Nguyễn Ái Quốc (sebuah nama yang sering digunakan orang lainnya juga), Lý Thụy, Hồ Quang dan akrab dipanggil Bác Hồ (paman Hồ) di Vietnam. Kota Saigon yang dulunya merupakan ibukota Vietnam, diganti menjadi kota Ho Chi Minh untuk mengenang jasanya.

Ho Chi Minh dilahirkan pada 19 Mei 1890 di Hoang Tru dengan nama asli Nguyen Sinh Cung, namun kemudian berganti nama menjadi Ho Chi Minh yang berarti "Dia yang menerangi". Ayahnya Ho bekerja di kekaisaran namun dipecat karena mengkritik kolonial Perancis yang ketika itu sedang menjajah Vietnam (atau di masa itu dikenal sebagai Perancis Indochina). Ibunya meninggal pada tahun 1901, setelah melahirkan anak keempatnya yang hanya bertahan hidup selama 1 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di sekolah setempat tahun 1907, Ho dan saudara lelakinya pergi ke kota Hué untuk belajar di Franco-Vietnamese Academy. Namun, tiga tahun kemudian Ho meninggalkan tempat tersebut sebelum menyelesaikan pendidikannya dan bekerja sebagai guru sekolah di kota Phan Thiet.
Di tahun 1911, Ho pergi ke Saigon dan mendapatkan pekerjaan sebagai juru masak kapal uap Perancis. Selama dua tahun, dia berkeliling ke berbagai kota di Eropa, Amerika, dan Afrika hingga akhirnya menetap sementara di London. Pada akhir tahun 1916, Ho kembali ke Perancis untuk menemui rekan-rekannya yang kelak berperan dalam gerakan kemerdekaan Vietnam. Di tahun 1919, Ho menulis sebuah petisi yang menuntut diakhirinya ekploitasi koloni Perancis terhadap Vietnam. Petisi tersebut disampaikan dalam Versailles Peace Conference yang diselenggarakan di akhir Perang Dunia I. Walaupun petisi tersebut tidak diakui secara resmi, namun usaha Ho tersebut diketahui secara luas di Vietnam.
Sebagian besar sumber menyatakan bahwa Ho tidak pernah menikah selama hidupnya. Namun, beberapa buku menyebutkan Ho pernah menikah di Cina dengan seorang Bidan yang bernama Tang Tuyet Minh pada 18 Oktober 1926. Selain itu, sumber lain juga menyebutkan bahwa Ho berhubungan dengan beberapa wanita, yaitu Nguyen Thi Minh Khai (pemimpin Partai Komunis Indocina), Mao Tu Man (kolega Mao Ze Dong), dan beberapa wanita lainnya.

Ketika saya menanyakan tentang harga kaos tersebut, penjual toko menyebutkan nama Soekarno...Indonesia...saya bangga mendengar mereka tahu tentang Soekarno.

Perjalanan malam semakin seru karena terasa banget suasananya asyik, kafe kafe di tepi jalan dengan sejumlah pertunjukan musik dan pelayanan menarik. Pesanan Vietnam drift Coffee ..cita rasa kekentalan kopi pegunungan menjadi penghangat badan dikala malam, luar biasa dan pelengkap minuman ini selalu ada teh tawar hangat dan es batu.

owh ternyata ada juga budaya nyawer atau mengamen dibeberapa tempat makan malam, lagu bengawan solo yang dinyanyikan dengan musik tradisional Vietnam membuat kita bangga karena mereka hafal dan fasih menyanyikannya.

pemandangan gemerlap lampu taman di sekitar danau buatan membuat suasana semakin hidup dan kota kelihatan indah. pembangunan danau buatan ditemukan dimana mana dan dijadikan area publik seperti untuk santai, olahraga dan tempat warga kota dan turis turis berkunjung.

Berbagi Cerita Pembelajaran Mengelola Hutan antar Negara
Kesibukan pagi ini diawali saat melakukan registrasi pertemuan yang dilaksanakan oleh program support komisi Eropa dan diorganisir oleh Non timber forest product Network Philipina, Peserta dibagi berdasarkan negara, selain nama kami juga diberi lambang berdasarkan negara, sungguh menjadi kebanggan menenteng bendera kebangsaan dalam ruang konferensi ini.
Opening ceremony diawali dengan sambutan dari teman di Philifina yang menyatakan bahwa bencana topan yang terjadi hari ini di Philifina menewaskan banyak manusia dan meluluhlantakan peradaban merupakan indikator bahwa ancaman perubahan iklim sudah terjadi dan bukan hanya teori semata.

banyak hal yang mengemuka didalam konferensi ini, Indonesia mendapatkan kesempatan presentasi pada sessi ketiga setelah Vietnam dan Myanmar, inisiatif pengelolaan hutan disetiap negara memiliki persamaan prinsip dimana manusia membutuhkan hutan dan mereka telah bertumbuh dialam dengan peradaban yang dinamis. Kesamaan hal prinsip inilah yang ingin disuarakan bersama sama dalam konteks regional di Asia tenggara.

Cerita tentang kampung halaman dan kearifan lokal masyarakat adat di Indonesia seolah olah memberikan semangat baru bagi sesama, jika waktu tersisa banyak presentasiku tak akan selesai, mozaik pengetahuan dan sejumlah tantangan semakin menarik seiring dengan pertanyaan apa yang akan terjadi seandainya kita hanya menjadi penonton kerusakan hutan dan kehidupan disekitarnya?
sungguh ironis sekali bila kita hanya berharap kepada kekuatan luar untuk memperbaikinya, atau kita hanya meratap atau menggerutu?

Tak terasa konferensi hari pertama dilewati dengan suasana belajar bersama dan menggali informasi yang bisa menjadi inspirasi dimasing masing negara untuk mengelola hutan dan menggalang kerjasama komunitas.

Category:

Voice of Borneo:
Saya sangat menghargai komentar yang membangun dan bertanggungjawab

0 komentar