Desa Sampurna di TN.Gunung Palung

Voice of borneo | 01.33 | 2 komentar

Perjalanan kali ini dipersiapkan dengan baik, tercatat dalam agenda 19 Maret 2015 berangkat dari Pontianak menuju Ketapang. Team Panzer menurut istilah temanku Adhie Prasetyo yang bangga sekali ingin menggunakan mobil offroadnya menjelajah jalur timur di Kabupaten Ketapang. Komposisi team cukup lengkap, kami bertiga (Lorens, Tito dan Adhie) dengan satu srikandi tangguh Ilahang sangat percaya diri untuk menyelesaikan survey potensi hasil hutan non kayu di sekitar Taman Nasional Gunung Palung.
Taman Nasional Gunung Palung merupakan salah satu Taman Nasional yang memiliki kekayaaan hayati sangat tinggi dengan luas 90.000 ha . Terbentang dari kecamatan Matan hilir Utara, Sandai, Nanga Tayap, Simpang hilir di Kabupaten Ketapang dan kabupaten Sukadana.
Taman Nasional dengan ketinggian diatas 1000 meter dpl, merupakan habitat orangutan pigmeus wombii, bekantan dan beberapa jenis fauna yang dilindungi.
Kawasan ini berbatasan langsung dengan kawasan kawasan masyarakat yang sejak jaman dulu telah menghuni dan menempati kampung, desa dan jalur sungai dan berkonflik dengan Taman Nasional terutama dalam hal tenurial claim . Misi perjalanan kami adalah ingin mengetahui tentang kondisi potensi pemanfaatan sumber daya hutan selain kayu yang lestari dan menjadi resolusi konflik yang terjadi antara Pemerintah dan Masyarakat Adat disekitar hutan.

Mewakili kondisi beberapa desa lainnya kami akhirnya memilih desa Sampurna untuk dijadikan lokasi penelitian, Desa Sampurna merupakan salah satu desa yang berada didalam dan berbatasan langsung dengan TNGP. Masyarakat desa Sampurna berasal dari etnis Melayu dan telah mendiami wilayah ini sejak jaman nenek moyangnya, sumber penghidupan sebagai petani seperti padi, tanaman perkebunan dan jenis jenis usaha agroforestry lainnya menjadi andalan dan sumber income mereka.
Kami sedih karena Pemerintah belum memberikan solusi bagaimana status kepemilikan lahan kami dikemudian hari, kami selalu dipantau dan dilarang untuk menebang hutan namun solusi untuk merubah sumber penghidupan diluar hutan tidak pernah difasilitasi, demikian keluhan Kepala Desa , saat kami berkunjung kerumahnya.

Karet (Hevea braziliensis) merupakan komoditi unggulan yang dikembangkan dan dimiliki oleh masyarakat di Desa Sampurna khususnya di dusun Sawah yang berada didalam kawasan TNGP. Luas perkebunan karet masyarakat sekitar 1000 Ha telah ditanam sejak dulu dan masih produktif. Pola perkebunan yang dikembangkan adalah model agroforestry, dimana kebun karet dibudidayakan dengan tanaman lainnya dan akhirnya seperti kawasan hutan.

Jembatan gantung menuju Dusun Sampurna

jembatan gantung
Akses ke desa Sampurna ditempuh dari kecamatan Sandai menggunakan transportasi darat dengan waktu tempuh sekitar 30 menit, menyusuri jalanan tanah yang masih berlobang dan kubangan lumpur membuat perjalanan ini seperti offroad event. Istimewa banget karena tidak ada manipulasi medan . Setelah menempuh perjalanan darat kami harus menyeberangi sungai Laur. Penyeberangan sungai keren banget dengan jembatan gantung yang telah dibangun sejak tahun 1998. Jembatan ini satu satunya yang menghubungkan desa Sampurna dan dipakai oleh masyarakat, Sedikit goyangan saat menyeberang apalagi berpas pasan dengan sepeda motor. Goyang dumang kata kawanku.....













Category:

Voice of Borneo:
Saya sangat menghargai komentar yang membangun dan bertanggungjawab

2 komentar:

  1. Pemerintah itu entah apa maunya. Melarang masyarakat mengambil hasil hutan yang sudah turun temurun jadi sumber ekonomi tanpa solusi atau memberi penggantinya.Mungkin masyarakat adat itu disuruh punah aja perlahan-lahan kali ya, nanti akan ada yg menggantikan

    BalasHapus
  2. negara antah berantah...kapan ya bisa field trip menjajaki bisnis komunitas ....?

    BalasHapus