Melihat Fakta Kelola Gambut di perusahaan HTI

Voice of borneo | 16.16 | 0 komentar

Pontianak, September 2017
Perjalanan kali ini serasa dikejar setan karena saat menuju pelabuhan speed pemberangkatan saya dicall berkali kali oleh team pemandu untuk memastikan kami bisa on time, hehehe dan ternyata rombongan pejabat setingkat Dirjen dan tamu tamu perusahaan lainnya sudah menunggu disana.
Keterlambatan ini bukan sengaja kok, jalanan macet dan jadwal pemberangkatan ternyata lebih awal dari pemberitahuan sebelumnya.
Dua speed boat ukuran 800 PK membawa rombongan kami menuju lokasi konsesi HTI PT. Mayawana Tani Industri yang merupakan salah satu anak perusahaan besar Group Sumitomo Jepang. Upaya kerjasama perusahaan Jepang dengan Indonesia ini ternyata memiliki sejarah panjang dalam bisnis permata hijau khatulistiwa, sejak tahun 1980 an pasar kayu log Indonesia sudah mulai dikirim ke Jepang untuk pemenuhan kebutuhan disana dan tentunya telah menyumbang devisa bagi negara kita.
Perjalanan selama 3 jam menyusuri sungai Kapuas dan masuk ke sungai Kualan di Muara Labai sangat menarik karena di sepanjang perjalanan kita bisa melihat kehidupan masyarakat dengan aktivitas yang melekat dengan fungs sungai sebagai urat nadi perekonomian. di bagian hilir kita melihat pengelolaan karamba karamba ikan yang dikembangkan sejak lima tahun terakhir. di bagian hulu kita menemukan beberapa aktivitas nelayan sungai yang menjala dan memasang pukat untuk menangkap ikan.
Sesampainya di lokasi perusahaan kami diajak melihat kondisi pengelolaan muka air gambut yang dipromosikan oleh group perusahaanini sebagai kewajiban pemenuhan pengelolaan HTI yang tidak merusak gambut.

melihat pembibitan di PT. MTI
Pembibitan yang dilakukan oleh unit management bertujuanuntuk menyediakan bibit yang akan ditanam sebagai komoditas inti yakni jenis Accia carsicarva, tanaman untuk kawasan konservasi seperti shorea sp dll.
Perusahaan tersebut menggunakan tumbuhan endemik untuk pengayaan plasma nuftah atau jenis ragam kayu dikawasan konservasi, kawasan konservasi yang dikelola oleh perusahaan ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi hidrologis kawasan dan keanekaragaman hayati yang menjadi bagian dari kawasan bernilai konservasi tinggi (HCVF). UNtuk menjaga keseimbangan suply air gambut mereka berkomitmen untk menjaga sekitar sepuluh ribu (10.000) Ha dan disebut sebagai Water Bank..wow luar biasa



Peta Kontur

Sebelum melakukan penataan muka air gambut dan mendesain canal, canal block maka PT. MTI memastikan data kontur secara detil dengan melakukan pemetaan kontur dan ground check lapangan. Hal ini menjadi bagian penting karena modeling konsep berdasarkan kondisi kontur dan mempertimbangkan sifat air tanah yang mengalir melewati pipia kapiler tanah dan bersifat alami
salah satu canal blocking
Model kanal bloking yang dikembangkan oleh perusahaan ini memastikan muka air gambut tetap berada pada ketinggian 30 - 40 cm dari permukaan tanah dan diatur oleh saluran yang dilengkapi sistem pengendali airnya (Canal bloking).
Mempertahankan muka air tanah seperti yang direkomendasikan oleh Pemerintah RI melalui Badan Restorasi Gambut tetap bisa dilaksanakan dan mendukung keberlanjutan investasi, demikian disampaikan oleh Mr. Kato sebagai President Director Sumitomo.

filed trip
Panas terik terasa sekali karena kawasan sudah dibuka untuk rencana penanaman tanaman HTI dan ditambah lagi uap panas dari gambut, jika berada dalam kondisi begini jangan lupa membawa stok air minum dan tentunya mempersiapkan kondisi badan siap dan Fit.

Diakhir perjalanan hari ini kami diajak untuk menanam pohon sebagai kenang kenangan bagi para tamu khusus yang diundang oleh perusahaan ini, ternyata seblumnya sudah banyak sekali yang berkunjung baik dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup maupun pejabat Propinsi hehehehe
Country Director IDH Sustainable trade


Semoga inisiatif ini menjadi inspirasi dan memperkaya ide untuk pengelolaan gambut berkelanjutan yang memberikan keuntungan dan manfaat kedepan...


















Category:

Voice of Borneo:
Saya sangat menghargai komentar yang membangun dan bertanggungjawab

0 komentar